Tampilkan postingan dengan label anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label anak. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Februari 2014

Erupsi yang Lebih Dahsyat dari Erupsi Gunung Kelud

Berita tentang meletusnya gunung Kelud dan sejumlah gunung berapi di Indonesia beberapa lalu telah membuat saudara - saudara kita di Kediri dan sekitarnya berduka karenanya. Melihat hal ini, semua elemen bangsa telah bersatu padu berupaya untuk menggalang bantuan dan menolong saudara - saudara kita yang menjadi korban di sana.

Pembaca sekalian, tahukah pembaca sekalian bahwa erupsi di rumah kita juga bisa meletus setiap saat? Ya, erupsi dalam arti bencana keluarga.

Bagi mereka yang memiliki anak lebih dari tiga orang dengan selisih usia yang tidak jauh, bisa mengakibatkan erupsi di rumah meletus sewaktu - waktu. Erupsi apakah itu? Yakni erupsi ketidaksiapan menata emosi dalam mengasuh anak. Apalagi jika bapak dan ibu memilih untuk bekerja di luar rumah. Sepulang kerja, saat penat menempel di tubuh, disambut oleh bawelnya anak - anak dan berbagai masalah khas rumah berpenghuni balita. Bisa dibayangkan, jika emosi tidak dimanage secara bijak dan slow maka erupsi sewaktu - waktu bisa meledak. Anak - anak yang hanya berekspresi melihat kedatangan orang tuanya pulang akan menjadi korban karenanya.

Mari menata diri dan menghindari adanya erupsi emosi yang menyebabkan kerugian bagi anak - anak kita.

Sabtu, 22 Februari 2014

Prinsip Mendidik Anak

Berita mengenai Roger Danuarta yang terjerat narkoba menjadi headline laman berita beberapa hari terakhir ini. Untuk yang ke sekian kalinya artis masuk dalam perangkap bernama narkoba. Yang lebih mengherankan banyak orang adalah saat lama tak terdengar kabar dari Roger Danuarta, eh sekalinya ada berita malah kena narkoba. Padahal sejak kemunculannya yang pertama kali ketika membintangi sinetron ia tercitrakan sebagai sosok yang baik dan memiliki jati diri.

Bunda, dalam mengasuk anak ada dua prinsip yang harus kita pegang.
Pertama, sejarah anak kita belum selesai. Ini artinya bahwa jika suatu ketika anak kita berperilaku baik seperti yang kita inginkan, maka terus dampingi ia hingga melewati masa emas penemuan jati diri. Jangan cepat berpuas diri, lantas melalaikan tumbuh kembangnya. Pun ketika ada anak yang nakalnya sundul langit. Jangan langsung memvonis bahwa sampai mati ia akan tetap nakal tanpa bisa diubah. Tetap masih ada celah ia berubah di masa depannya kelak.




Kedua, jangan menghentikan sejarah anak pd kondisinya sekarang. Kondisi sekarang yang melekat pada anak hakikatnya adalah tugas kita sebagai orang tua untuk "mewarnainya" sehingga ia akan kuat menjalani kehidupannya kelak. 

Ini terutama bagi orang tua yang mendapatkan titipan "anak istimewa". Harus tetap bersyukur dan opitimis pada masa depannya. 

Semoga yang sedikit ini bermanfaat ya bunda. terima kasih